Pages

Rabu, 02 Juni 2010

Potret Sejarah "MIE"

Barang kali kita pantas berterima kasih kepada Mamofuku Ando, orang Jepang kelahiran Taiwan 1911. berkat kerja keras dan jerih payahnya kita sekarang bisa menikmati kelezatan mie instan. Makanan cepat saji dengan berjibun penggemar, yang masuk ke Indonesia pada pertengahan tahun 1960-an.

Ditinggal orang tuanya, Ando yang berumur 3 tahun harus membantu neneknya mengurus rumah. Balita ingusan itupun mesti menjaga toko. Belum lagi harus mencuci pakaian dan mamasak. Hasilnya positif, ia jadi pintar masak-memasak, sebaliknya sekolahnya terlantar.

Menjadi pedagang adalah angan2nya. Harta peninggalan ortunya pun digunakan untuk berdagang pakaian rajutan di Taiwan dan Osaka, jepang. Usahanya terbilang maju. Ia pun bisa kembali ke bangku sekolah
menyelesaikan pendidikan yang sempat terbengkalai.

Namun kemudian ia dituduh korupsi dalam perdagangan senjata dan onderdil pesawat. Ia lantas dijebloskan ke bui. Setelah 2 tahun hidup di Hotel Prodeo, ia pun dibebaskan. Pada 1956, satu-satunya harta yang tertinggal adalah rumah.

Masa itu Amerika Serikat sedang gencar2nya menyumbangkan gandum ke Jepang yang sedang paceklik pangan. Harga terigu menjadi murah. Pemerintah Jepang pun menganjurkan rakyatnya mengonsumsi roti dan terigu sebagai pengganti nasi.

Melihat banyak orang melahap mi, di dekat toserba hankyu di Osaka, pikiran Ando terbuka. Mengapa tidak membuat mi dari terigu? Bukankah orang Jepang sangat menyukai mi.

Apalagi mi dirasa enak, murah, tahan lama, dan tidak sulit mengolahnya.

Ide liar itu terus bergulir di benaknya. Cuma ia tidak mau membikin mi biasa yang sudah banyak beredar di pasaran. Ia ingin membuat mi bentuk lain yang enak, lebih cepat dan mudah diolah, serta gampang didapat dimana-mana.

Ando mulai mewujudkan impiannya dengan membeli mesin pembuat mi dan bereksperimen membuat mi instan di emper belekang rumahnya. Mula2 mi digoreng agar lebih awet, gurih, dan cepat diolah. Lalu menimbang2 rasa yang pas untuk kuah itu. Dipilihnya kuah ayam karena yang netral. Ando membawa contoh mi instannya ke sebuah toko serba ada. Ternyata semuanya ludes hari itu juga. Waktu itu tahun 1958.

Emper rumahnya tak kuasa menampung pesanan. Ia memindahkan usahanya ke sebuah gudang kosong di Osaka. Di sana Ando membuat mi instan dibantu keluarganya. Sejak itu perusahaan2 besar berebut ingin menjadi penyalur mi instannya. Desember 1958 ando menamai perusahaannya Nissin Foods. Beberapa bulan kemudian ia pindah ke sebuah pabrik seluas 20000m2. tahun 1960 ia membuka pabrik kedua, dan tahun berikutnya lahir pabrik baru lagi.

Meski mi instan laris manis, Ia tak bosan2 bereksperimen untuk terus memperbaiki mutu. Bahkan ada keinginan memperkenalkan dan mejualnya ke luar negeri. Untuk menjajaki kemungkinan itu, ia pergi berkeliling Eropa dan Amerika tahun 1966. di sana ia melihat orang makan mi dengan garpu, tanpa kuah dan memakai piring, meyeruput mi dianggap tidak span.

Ia juga mengamati ada kaldu yang bisa dilarutkan dengan air panas tanpa harus dimasak. Ada gelas kertas sekali pakai dan kertas almunium sebagai wadah kedap udara. Ando pun mendapat ilham membuat mi instan dalam wadah berbagan stereofoam, yang lantas ditutup rapat dengan lembaran aluminium. Mi gelas itu tidak perlu dimasak, cukup diseduh. Supaya tidak hancur terkocok2, mi dibuat lebih tebal. Disediakan pula garpu untuk memakannya.

Di puncak keberhasilannya ando yang pada tahun 1988 genap berumur 77 tahun, membuka Foodeum di Shinjuku, Tokyo. Gedung itu disebut pula “istana mi” karena mempunyai beberapa restoran mi, tempat disko, dan museum mi.

Sumber : http://kz200rider.mywapblog.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar